Masjid Cheng Ho

Surabaya memiliki banyak nilai sejarah karena di sana dapat ditemukan bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda maupun Jepang. Tak hanya itu, Surabaya juga memiliki unsur budaya Tiongkok, salah satunya kelenteng, yaitu tempat ibadah umat Kong Hu Cu yang didominasi warna merah (warna keberuntungan dalam budaya Tiongkok).

Budaya Tiongkok juga dapat ditemukan pada masjid di Surabaya, tepatnya Masjid Muhammad Cheng Ho atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Cheng Ho. Masjid yang terletak di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya ini bernuansa muslim Tionghoa dan bentuknya seperti kelenteng.

Didominasi warna merah, hijau, dan kuning, Masjid Cheng Ho menjadi masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama muslim Tionghoa. Oleh karena itulah masjid ini menjadi simbol perdamaian umat beragama.

Masjid yang ornamennya kental dengan nuansa Tiongkok lama ini mulai dibangun pada tahun 2001 selesai pada tahun 2002.

Proses pembangunannya diprakarsai oleh para penasehat, sesepuh, serta pengurus Pembina Imam Tauhid Islam (PITI) dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia, serta melibatkan tokoh masyarakat Tionghoa yang ada di Surabaya.

Hasilnya adalah komplek masjid seluas 3.070 m2 yang kental dengan perpaduan budaya Arab dan Tiongkok. Arsitekturnya terutama pada bagian atap utama serta mahkota masjid terinspirasi dari Masjid Niujie, yaitu masjid di Beijing yang dibangun pada tahun 966 M.